Respon Isu Perubahan Iklim, Nelayan Gresik Gelar Rembuk Iklim Pesisir

Gresik,

Perubahan iklim akibat pemanasan global yang menyebabkan terjadinya anomali cuaca dan berbagai bencana alam seperti banjir rob, badai, gelombang tinggi serta berbagai dampak lainnya, direspon secara serius oleh nelayan di kabupaten Gresik.

Nelayan yang tergabung dalam Dewan Pengurus Daerah Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (DPD KNTI) bersama dengan Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (KPPI) dan Kesatuan Pemuda, Pelajar dan Mahasiswa Pesisir Indonesia (KPPMPI) Kabupaten Gresik menggelar Rembuk Iklim Pesisir, di Café Ngelajar Dusun Mulyosari Desa Banyuurip, Ujungpangkah, Gresik., Selasa (05/12/2023).

Rembuk Iklim Pesisir tersebut  selain diikuti oleh puluhan nelayan, perempuan nelayan dan pemuda, juga diikuti oleh akademisi dan para aktifis lingkungan. Nampak hadir juga Camat Ujungpangkah, BPBD Kabupaten Gresik, Dinas Perikanan Kabupaten Gresik, Dosen Universitas Muhammadiyah Gresik dan WALHI (Wahana Lingkungan Hidup) Jawa Timur.

 Rembug iklim digagas oleh DPP KNTI sebagai bentuk kepedulian terhadap perubahan iklim yang terjadi dan berpengaruh terhadap kehidupan nelayan tradisional dan Perempuan pesisir.

Kegiatan berlangsung selama 6 jam yang dibagi di 2 sesi dan diisi dengan diskusi Bersama.

“Perubahan iklim menjadi tantangan kita Bersama. Yang dapat kita lakukan adalah mencari cara agar dapat mengurangi dampaknya. Diantaranya mengurangi konsumsi energi serta melakukan penghijauan, melakukan perlindungan ekosistem untuk penyimpanan karbon dan layanan ekosistem” jelas Dr. Farikhah Sebagai perwakilan dari akademisi di sesi pertama kegiatan rembug iklim.

Pembicara dari Walhi Jatim, Wahyu Eka Setiawan menjelaskan bahwa perubahan iklim yang berdampak di pesisir yakni garis pantai semakin mundur, penghasilan nelayan tradisional semakin menururn, cuaca yang tidak menentu, dan ancaman rob serta tenggelamnya Kawasan pesisir.

“Di wilayah Surabaya dampak perubahan iklim menyebabkan abrasi pantai, meningkatnya rob, anomaly cuaca, penurunan tangkapan hingga 2 Kwintal, biaya melaut semakin tinggi dan Terumbu Karang yang mati. Menurutnya, perubahan iklim diakibatkan oleh Manusia, aktivitas ekonomi dan tidak adanya kepekaan terhadap ligkungan.  Perubahan iklim juga dapat dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya; suhu udara yang meningkat, musim yang susah diprediksi, kacaunya musim tanam petani, bencana banjir dan kekeringan, menurunnya kualitas dan kuantitas pangan, terancamnya oksigen dan air,” paparnya.

Sementara, Ketua DPD KNTI Gresik, Mashudin menyatakan, bahwa pihaknya bersama dengan nelayan telah melakukan berbagai langkah antisipastif untuk menghadapi dampak buruk perubahan iklim, diantaranya dengan menanam mangrove dan aksi kepedulian lingkungan lainnya.

“Kami juga saat ini tengah melakukan inisiasi dengan mencoba menggunakan energi terbarukan untuk mengoperasikan perahu nelayan, hal ini untuk sebagai bukti konkrit bahwa kita turut serta untuk mengurangi pemanasan global,” ujarnya.

Hal berbeda ditergaskan oleh Ketua DPD KPPI Gresi, Anggun Cipta Indah, menurutnya dampak paling nyata dari perubahan iklim adalah terjadinya penurunan pendapatan nelayan, sehingga ibu-ibu nelayan harus berfikir ekstra keras bagaimana caranya turut serta membantu perekonomian keluarga.

“Kami dari KPPI Gresik telah banyak melatih ibu-ibu nelayan dalam pengolahan ikan, sehingga diharapkan mereka lebih produktif dan mampu mengatasi persoalan ekonomi di keluarganya,” kata Ketua KPPI yang dikenal sangat aktip melakukan pendampingan terhadap perempuan nelayan ini.

Di ahir acara, Ketua KPPMI, Muhammad Hafizul menegaskan, para pemuda, pelajar dan mahasiswa pesisir juga mulai meningkat kepeduliannya terhadap lingkungan yang ditandai dengan respon mereka yang sangat baik ketika diajak untuk bersama-sama menggelar aksi kepedulian lingkungan.

Diketahui,  rembuk iklim pesisir bukan hanya digelar di Kabupaten Gresik, namun juga digelar di 35 Kabuaten/kota seluruh Indonesia, hasil dari rembuk tersebut akan dirangkum secara nasional kemudian berbagai rekomendasi yang dihasilkan akan disampaikan kepada pemerintah pusat pada saat peringatan Hari Nusantara 13 Desember mendatang. 

Check Also

KPPI dan KPPMPI Gresik Ikuti Kemah Konservasi Pesisir Nelayan Tradisional yang Digelar KNTI di Indramayu

Ketua DPD Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (DPD KPPI) Kabupaten Gresik, Anggun Cipta Indah dan Pengurus …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *