Ketua DPD Kesatuan Perempuan Pesisir Indonesia (DPD KPPI) Kabupaten Gresik, Anggun Cipta Indah dan Pengurus KPPMPI Gresik, Eza mengikuti Kemah Konservasi Pesisir Nelayan Tradisional yang digelar oleh Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) di Ekowisata Mangrove Karangsong-Indramayu pada 21-23 Mei 2024.
Kemah Konservasi Pesisir Nelayan Tradisional tersebut bertajuk “Gotong-royong Pulihkan Lingkungan dan Bangkitkan Ekonomi Pesisir” dan diikuti 11 DPD KNTI, KPPI dan KPPMPI se Indonesia.
Ketua Umum KNTI, Dani Setiawan menyampaikan bahwa beragam inisiatif
telah dilakukan di banyak basis-basis KNTI. Dari penanaman hingga
penciptaan nilai tambah mangrove untuk meningkatkan kesejahteraan
nelayan dan masyarakat pesisir.“Pelestarian lingkungan pesisir,
terutama kawasan mangrove merupakan hal penting bagi keberlanjutan
aktivitas nelayan tradisional dan masyarakat pesisir Indonesia pada
umumnya.” ucap Dani dalam keterangannya yang diterima redaksi, Kamis
(23/5).
Lanjut Dani, Kemah Konservasi Pesisir
Nelayan Tradisional merupakan momen untuk mengumpulkan beragam inisiatif
lokal dan para penggerak konservasi mangrove.“Saatnya berbagi
pengetahuan, pengalaman dari kerja-kerja tapak komunitas nelayan
tradisional dalam melakukan konservasi lingkungan pesisir di Indonesia,”
jelas dia.
Masih kata Dani, melalui kegiatan ini, KNTI berharap
dapat diperkuat kesadaran kolektif atas nilai penting kawasan mangrove
dalam keseluruhan ekosistem perikanan. “Sekaligus menciptakan
nilai tambah melalui pemanfaatan mangrove secara lestari dengan
menciptakan berbagai produk olahan mangrove untuk bahan pangan, minuman,
batik dan pengelolaan wisata,” pungkasnya.
Sementara itu, Ketua DPD KNTI Indramayu Dulloh mengungkap tentang bagaimana dia bersama
rekan-rekannya memulai menanam mangrove di Karangsong. Hingga akhirnya
berbuah manis, hutan mangrove yang ditanamnya melindungi karangsong dari
bencana sekaligus mensejahterakan para anggota koperasi.“Saya
bersama teman berlima sejak 2007, mencoba menanggulangi abrasi pantai di
kawasan pantai Karangsong yang semakin parah. Saat ini luasan ekowisata
mangrove karangsong mencapai 40 Hektar dengan beragam jenis mangrove
dan cemara laut,” ujar Dulloh Dulloh yang berprofesi sebagai
petambak sejak awal memulai inisiatif penanaman mangrove, sempat
dimusuhi teman-teman petambak karena lahan timbul tidak bisa dibuka
tambak.
Sementara itu, Kepala Departemen Kampanye KPA
(Konsorsium Pembaruan Agraria) Benni Wijaya yang turut hadir dalam
kegiatan ini menyampaikan bahwa KNTI salah satu organisasi nelayan
terbesar di Indonesia merupakan aliansi strategis dalam memperjuangkan
hak dan kedaulatan nelayan tradisional.“Apa yang diperjuangkan
KNTI selaras dengan perjuangan KPA dalam memperjuangan sumber-sumber
agraria bagi rakyat, khususnya petani, nelayan, masyarakat adat serta
masyarakat pedesaan dan pesisir lainnya,” ungkap Benni.
“Semoga Kemah Konservasi Nelayan Tradisional ini dapat menghasilkan
agenda-agenda strategis bagi penguatan ekonomi nelayan di Indonesia,”
harapnya.
Ketua DPD KPPI Gresik, Anggun Cipta Indah mengaku sangat senang bisa mengikuti kemah tersebut, selain karena kemahnya di hutan mangrove dan di pantai, bukan dui gunug, juga dirinya merasa mendapatkan banyak ilmu terutama tentang konservasi, pengolahan mangrove dan pemasaran.
“Saya kira ini adalah kemah yang sangat luar biasa, tenda-tenda di hutan mangrove dan di pantai ini sungguh pemandangan yang eksotis, apalagi materi yang disuguhkan dalam kegiatan ini dengan pemateri yang sangat expert, membuat kami semua para peserta sangat betah, terima kasih DPP KNTI, terima kasih juga panitia yang telah memberikan pelayanan terbaik kepada peserta serta memberikan pengetahuan yang sangat berguna untuk kami semua,” ungkap Anggun.
“Materi yang kami dapatkan yaitu tentang konservasi, pengolahan mangrove dan pemasaran digital sangat membuka cakrawala kami, sehingga pulang dari Indramayu, kami peserta dari Gresik langsung mempraktekkannya di lapangan, bahkan online shop di salah satu market place yang dimiliki KPPI Gresik langsung mendapatkan order produk olahan mangrove jenis bakso mangrove,” sambungnya.
Menurut Anggun, setelah mengikuti kemah di Indramayu dirinya mendapatkan pencerahan terutama soal konservasi yang bukan hanya bernilai ekologi semata, melainkan juga menjadi sumber ekonomi baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan nelayan tradisional khususnya perempuan nelayan.
“Sungguh ilmu yang kami dapat dari Indramayu khususnya tentang pengolahan berbagai jenis mangrove menjadi semangat baru untuk mendorong perempuan pesisir bangkit dan membangun perekonomian berbasis olahan mangrove yang sangat bernilai ekonomi tinggi,” tutup Anggun.